Fiqih Jihad: Empat Tahapan Membebaskan Mujahidin yang Ditawan
Segala puji bagi Allah yang telah berfirman :
وَإِنِ اسْتَنْصَرُوكُمْ فِي الدِّينِ فَعَلَيْكُمُ النَّصْرُ
“Dan jika meminta tolong kepada kalian karena alasan agama, maka kalian wajib menolong…” (Q.S. Al-Anfal: 72)
Shalawat
dan salam semoga terlimpah kepada Rasul-Nya yang mulia, pemberi kabar
gembira dan pemberi peringatan, begitu juga atas keluarga dan para
sahabat beliau. Amma ba’du.
Maafkanlah
diriku wahai para kekasih Allah yaitu para mujahidin yang berada dalam
tahanan. Aku berdo’a agar Allah tidak hanya menjadikan tulisan ini
sebagai bagian dari upaya pertolongan dari kami semata, bahkan saya
memohon agar Allah Subhanahu wa Ta’ala membantu kami dalam upaya
menolong saudara-saudara dan orang-orang pilihan kami -serta kami tidak
menganggap mereka suci di hadapan Allah- dengan membebaskan mereka dari
tahanan, dan kami memohon kepada Allah agar menyegerakan hal itu bagi
mereka.
Sahabat-sahabatku
yang kucintai karena Allah, sesungguhnya da’wah kepada tauhid dan jihad
berjalan melalui tahapan-tahapannya yang agung, semenjak berdirinya
jamaah pertama di bawah kepemimpinan hamba Allah yang terbaik, yaitu
Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Intinya,
dalam kesempatan ini kami ingin memaparkan beberapa gambaran posisi
tahanan dalam tahapan-tahapan tersebut. Hak tawanan atas umat Islam dan
kewajiban-kewajiban orang yang ditawan. Kami memohon agar Allah yang
Maha Agung meluruskan perkataan kami, meneguhkan hujjah, dan mengobati
sakit hati orang-orang yang beriman karenanya.
Jamaah pertama yang berada di bawah kepemimpinan Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah mengenyam semua beban dien
dan dakwah berupa pemberian bantuan, pengerahan segenap kemampuan dan
pengorbanan para ksatrianya yang dihadapkan antara menjadi tawanan atau
gugur dalam peperangan.
Kondisi
kita juga hari ini seperti itu, para mujahidin di jalan Allah-lah yang
telah mengemban tugas-tugas jihad untuk mengusir musuh yang menyerang,
menegakkan syari’at umat Islam dan melalui tahapan-tahapan penawanan
serta ujian, juga kekurangan harta benda dan personal.
Walau
bagaimanapun, itulah tahapan-tahapan yang harus dilalui, karena jihad
pada hari ini bukan hanya melawan satu negara atau satu bangsa, tetapi
ini adalah perang melawan blok yang terdiri dari bangsa-bangsa kafir dan
antek-anteknya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُوشِكُ أَنْ تَدَاعَى
عَلَيْكُمْ الْأُمَمُ مِنْ كُلِّ أُفُقٍ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ عَلَى
قَصْعَتِهَا قَالَ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَمِنْ قِلَّةٍ بِنَا
يَوْمَئِذٍ قَالَ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنْ تَكُونُونَ غُثَاءً
كَغُثَاءِ السَّيْلِ يَنْتَزِعُ الْمَهَابَةَ مِنْ قُلُوبِ عَدُوِّكُمْ
وَيَجْعَلُ فِي قُلُوبِكُمْ الْوَهْنَ قَالَ قُلْنَا وَمَا الْوَهْنُ قَالَ
حُبُّ الْحَيَاةِ وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ. رواه الإمام أحمد، وقال شعيب
الأرنؤوط: إسناده حسن
“Hampir
tiba masanya, dimana semua bangsa akan mengepung kalian sebagaimana
orang-orang mengerumuni hidangan di atas meja makan.” Ada yang bertanya
: “Wahai Rasulullah, apakah karena pada waktu itu jumlah kami sedikit
?” Beliau menjawab : “Pada hari itu jumlah kalian adalah banyak, tetapi
kalian seperti buih di lautan.
Allah
mencabut rasa gentar di hati musuh-musuh kalian dan menimpakan penyakit
Wahn ke dalam hati kalian.” Ada yang bertanya: “Apakah penyakit Wahn
tersebut ?” Beliau menjawab: “Wahn adalah cinta kehidupan dan takut
mati.” (HR. Imam Ahmad dan Syu’aib Al Arnauthi berkata: “sanadnya hasan.”)
Dan secara organisasi dan jamaah, kita masih sama dengan apa yang telah disabdakan Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
قال
عنها الرسول صلى الله عليه وسلم: " لا تَزَالُ عِصَابَةٌ مِنْ أُمَّتِي
يُقَاتِلُونَ عَلَى أَمْرِ اللَّهِ قَاهِرِينَ لِعَدُوِّهِمْ لا
يَضُرُّهُمْ مَنْ خَالَفَهُمْ حَتَّى تَأْتِيَهُمْ السَّاعَةُ وَهُمْ عَلَى
ذَلِكَ " رواه مسلم
“Akan
senantiasa ada sekelompok orang dari umatku yang berperang di
atasperintah Allah, mereka akan keras terhadap musuh mereka, tidak akan
mampu membahayakan mereka orang yang menyelisihi mereka, dan mereka akan
tetap seperti itu hingga datang hari kiamat.” HR. Muslim.
Petaka
dan penderitaan yang menimpa kita di jalan dakwah dan jihad adalah
konsekwensi yang mesti dijalani sebagai sarana agar sampai pada tujuan
kita yang paling agung yaitu supaya agama ini seluruhnya hanya milik
Allah.
0 Saran Dan Kritik:
Posting Komentar