Pemerintah Harus Jujur apa Latar Belakang Munculnya Terorisme
JAKARTA (voa-islam.com) -
Direktur The Community Of Ideological Islamic Analyst (CIIA) Harits Abu
Ulya menyatakan bahwa ormas Islam sama sekali tak bisa dikaitkan dengan
terorisme.
Menurutnya
tidak ada ormas Islam di Indonesia yang identik dengan gerakan teroris.
“Tidak ada ormas Islam di Indonesia yang indentik dengan gerakan
teroris, jika ada maka itu adalah persepsi pihak luar terhadap
ormas-ormas Islam,” ujarnya kepada voa-islam.com, Selasa (30/10/2012).
Bahkan,
jika ada anggota sebuah ormas yang melakukan aksi teror pun tetap saja
tidak bisa dijadikan dasar melabeli ormas Islam dengan label terorisme.
“Ormas-ormas
Islam jika dilihat AD/ART nya jelas tidak bisa dikaitkan dengan label
teroris. Jika toh ada anggotanya melakukan tindakan/aksi teror maka itu
adalah oknum dan tidak bisa dijadikan dasar generalisasi untuk melabeli
ormas. Atau bahkan jika oknum tersebut sejarahnya terkait dengan ormas
tertentu tetap tidak bisa di generalisir,” ungkapnya.
Lebih
lanjut ia mempertanyakan, jika pemerintah serius mengapa tidak diumumkan
saja ormas atau individu yang selama ini dicap teroris? Hal ini
menunjukkan jika teroris menjadi istilah yang didefinisikan secara
politis.
“Kalau
serius dan berani, berdasarkan definisi teroris yang diadopsi pemerintah
kenapa tidak pernah diumumkan secara terbuka dan resmi mana ormas atau
individu atau kelompok yang dicap teroris yang harus diberantas? Karena
selama ini teroris menjadi istilah yang definisinya sangat politis dan
bisa dipakai sesuka-sukanya,” ujarnya.
Ia
menilai, sering kali pihak aparat tidak hati-hati dan ceroboh dengan
menyebut kelompok tertentu, harusnya dihindari membangun opini yang
justru kontra produktif.
Oleh
sebab itu, pemerintah seharusnya terbuka dan jujur tentang latar
belakang munculnya terorisme dan mengapa orang Islam yang menjadi
korban.
“Pemerintah
(aparat) harus terbuka dan jujur apa latar belakang munculnya terorisme
dan kenapa orang-orang Islam semua jadi korban dan kambing hitam?
Apakah setiap orang atau kelompok yang berhadapan dengan kepentingan
imperialis AS dan status quo dengan ideologi sekuler maka bisa dicap
teroris dengan berbagai cara dan rekayasa?,” jelasnya.
Terakhir,
ia menegaskan jika pemerintah tidak transparan maka jangan heran jika
terakumulasi kesimpulan bahwa perang melawan terorisme di Indonesia
adalah perang melawan Islam dan umatnya.
“Jika
pemerintah tidak mau transparan dan otokritik atas proyek perang melawan
terorisme selama ini maka jangan heran kalau akan terakumulasi
kesimpulan perang melawan terorisme di Indonesia adalah perang melawan
Islam dan umatnya, sebuah proyek turunan dari kepentingan imperialisme
global yang dikomandani AS. Dan selama peta konstelasi politiknya
seperti itu, maka perlawanan dari orang-orang yang merasa terzalimi akan
terus tersemai,” tegasnya. [Ahmed Widad]
Sumber : http://www.voa-islam.com
0 Saran Dan Kritik:
Posting Komentar