IBX58B0693E37B6C

KONTAK SAYA

Facebook

TELUSURI

MULAI DARI SINI

Home Daftar Isi

Home » , » RENUNGAN : BERWUDLU DARI NAJIS INDONESIA DARI CAK NUN

RENUNGAN : BERWUDLU DARI NAJIS INDONESIA DARI CAK NUN

Menurut Cak Nun masyarakat Indonesia merupakan hasil didikan “kurikulum” Indonesia itu tadi ternyata tidak mengerti dan tidak mampu untuk membedakan mana manusia yang bermutu dan yang tidak bermutu. Salah satu akibatnya adalah ketidak mampuan dalam mengidentifikasi mana batu kerikil dan mana mutiara, bahkan dalam situasi yang paling membahayakan akan terjadi dimana masyarakat Indonesia disuguhkan mutiara palsu yang dipoles sedemikian rupa padahal wujud aslinya adalah batu kerikil, tetapi akan tetap dianggap sebagai mutiara. Dan yang terjadi di Indonesia saat ini adalah, sebaik apapun kualitas seorang manusia, entah itu mutiara atau berlian, ia tidak akan menjadi apa-apa jika tidak bergabung atau mendompleng pada partai politik.
Cak Nun kemudian kembali mempertanyakan, "sebenarnya kita dididik oleh bapak ibu kandung kita atau dididik oleh pengadopsi kita?", sehingga yang terjadi saat ini adalah ketidak tahuan kita terhadap asal usul kita, yang ada adalah pengetahuan kita terhadap yang mengadopsi kita yaitu bangsa Indonesia. Cak Nun kemudian kembali melempar pertanyaan, "apakah kira-kira bangsa yang mengadopsi Indonesia ini menyukai bapak ibu kita yang asli atau justru membencinya? dan kira-kira apa yang disampaikan kepada kita oleh pengadopsi kita sebagai bangsa Indonesia tentang bapak ibu kita adalah sebuah kebohongan atau kejujuran?"
Dari pemaparan yang disampaikan oleh Cak Nun tersebut, Jama’ah mendapat sebuah kesimpulan bahwa ternyata yang terjadi selama ini adalah bangsa Indonesia dididik oleh sebuah kurikulum yang bukan asli miliknya sendiri, bukan produk dari bapak ibunya bangsa yang melahirkan Indonesia. Menggunakan perspektif Islam, Cak Nun mengajak semua untuk membersihkan diri dari najis yang terdapat dalam tubuh kita saat ini. Proses pembersihan diri harus segera dilakukan jika kita benar-benar ingin menuju sebuah kesucian dari Indonesia yang kita idam-idamkan. Seperti halnya dalam sholat, sangat tidak rasional jika seseorang yang berwudhlu dengan air yang tidak suci kemudian ia berharap menghadirkan Allah dan bermunajat dalam kesucian sholatnya. Jadi, apabila kita memang menginginkan Indonesia yang suci, Indonesia yang mulia maka tidak lain dan tidak bukan syarat utama yang harus kita lakukan adalah membersihkan diri dari kotoran-kotoran yang ada dalam diri kita yang berasal bukan dari Indonesia yang sebenarnya.
Dalam kaidah fikih, bahwa air yang terbaik yang boleh digunakan dalam thoharoh adalah air mutlak, yaitu air yang murni yang belum pernah digunakan atau tercemar oleh zat yang lain. Jika menggunakan pendekatan air ini, maka nilai-nilai dalam “kurikulum” yang diajarkan kepada Bangsa Indonesia saat ini tidak lain dan tidak bukan adalah air musta’mal, yaitu air yang sudah pernah digunakan. Proses wudhlu yang dilakukan oleh manusia sebelum ia mendirikan sholat merupakan sebuah peristiwa rohani yang harus dijalani untuk menuju sebuah kesucian, untuk menyongsong pertemuan dengan Allah. Dimensi kesucian itu sendiri kita mengenal dalam olahraga disebut sportif, dalam ilmu disebut objektif, dalam akhlak kita mengenal jujur.


0 Saran Dan Kritik:

Posting Komentar

loading...
 
© 2010-2015 Harian Islam Agama Ku
Desain by OTIN | Islam Agamaku | Powered by Harian Islam