Ketika Muthahhari mendasarkan argumen pertamanya kepada dualitas motif, ia mendasarkan agumen keduanya sesuai dengan universalitas dan kelanggengan moralitas pada dualitas diri manusia. Pandangan ini sama dengan pandangan dari beberapa pemikir kontemporer yang meyakini bahwa adalah mustahil untuk mencari sesuatu kecuali jika sesuatu itu dijalin dengan diri sendiri. Apapaun yang tampak menyenangkan bagi individu pada akhirnya diterima sebagai hal yang baik bagi seluruh manusia. Durkheim dan beberapa sosiolog lain mengemukakan, dengan alasan ini, bahwa manusia mempunyai dua diri : diri individual dan diri kolektif. Manusia, dari sudutpandang biologis, adalah seorang makhluk individu, tapi perspektif sosial, manusia adalah makhluk sosial dan mempunyai diri sosial juga. Oleh karenanya, setiap manusia mempunyai dua diri. Muthahhari, dengan mengacu ke tulisan-tulisan Allamah, mengatakan bahwa diri sosial juga membenarkan teori ini tanpa kesadaran akan teori-teori sosiologis dewasa ini, dan menerima bahwa masyarakat tersebut memiliki diri yang real yang tidak relatif. Para sosiolog juga menisbatkan kepribadian dan diri kepada masyarakat, yang real, obyektif, dan terlepas dari diri-diri individual. Ia bukanlah jumlah total diri-diri dari anggota-anggota individualnya, tetapi sesuatu yang berbeda darinya. Setiap manusia dimiliki diri sosial beserta diri individualnya.
Di sini, Muthahhari mengacu kepada doktrin mistis perihal diri universal. Menurut kaum sufi dan ahli mistik lainnya, ada suatu interaksi yang mendasari di antara diri-diri manusia, yang karenanya manusia menjadi sadar dan paham ketika dirinya disucikan. Berpijak dari diri universal dan serta menyadari bahwa melaluinya semua manusia berhubungan satu sama lain mengantarkan manusia guna mencapai kesatuan spiritual dengan diri universal.
Para sosiolog berpandangan bahwa masyarakat tersusun dari individu-individu yang mempunyai kepentingan sosial yang sama atau diri kultural yang nyata. Mereka menyaksikan bahwa kadangkala tindakan manusia dimotivasi oleh motif-motif perorangan, sedangkan pada kesempatan lain tindakannya didorong oleh motif-motif sosial. Motif-motif individual dan sosial masing-masing berasal dari diri individual dan diri sosial. Yang pertama bersifat alamiah dan biologis, sedangkan yang kedua bersifat kolektif. Dari dualitas motif ini, para sosiolog menyebutkan gagasan tentang dualitas diri. Berangkat dari sudutpandang biologis, Muthahhari menarik kesimpulan bahwa setiap tindakan yang berasal dari diri sosial diakui secara moral sebagi hal yang baik dan ia ditentukan oleh sistem nilai yang universal dan abadi. Sebaliknya, setiap tindakan yang berasal dari diri individual sama sekali jauh dari kebaikan moral. Oleh karenanya, moralitas tidaklah relatif, individual, atau berubah. Moralitas dipengaruhi oleh nilai-nilai yang secara universal dan eternal bersifat valid.22
0 Saran Dan Kritik:
Posting Komentar