Akhlak Baik dan Buruk
Penjelasan tentang akhlak buruk dan akhlak baik
Segelintir kaum muslim telah termakan hasutan atau korban ghazwul
fikri (perang pemahaman) yang dilancarkan oleh kaum Zionis Yahudi
sehingga setiap orang yang menyampaikan kebenaran yang tidak diketahui
sebelumnya atau mereka tidak dapat memahaminya atau mereka berbeda
pemahamannya maka dikatakan sebagai kaum syiah
Akibat fitnah kaum Zionis Yahudi terhadap Sayyidina Ali bin Abi
Thalib maka segelintir kaum muslim tidak lagi mempelajari dan mendalami
apa yang telah disampaikan oleh Sayyidina Ali bin Abi Tahlib. Juga
termasuk hadits-hadits yang diriwayatkan oleh Beliau ditinggalkan.
Padahal sebagai penutup atau khataman Khulafaur Rasyidin , Sayyidina
Ali bin Abi Thalib banyak menyampaikan tentang Ihsan atau akhlakul
karimah atau cara atau jalan untuk mencapai muslim yang Ihsan , muslim
yang menyaksikan Allah dengan hati (ain bashiroh) atau bermakrifat
Beliau mengupas dalam tentang akhlak buruk dan akhlak baik
Akhlak buruk adalah mereka yang memperturutkan hawa nafsu
Firman Allah ta’ala yang artinya
“…Janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah..” (QS Shaad [38]:26)
“Katakanlah: “Aku tidak akan mengikuti hawa nafsumu, sungguh
tersesatlah aku jika berbuat demikian dan tidaklah (pula) aku termasuk
orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS An’Aam [6]:56 )
Akhlak yang baik adalah mereka yang takut kepada Allah karena mereka
selalu yakin diawasi oleh Allah Azza wa Jalla atau mereka yang selalu
memandang Allah dengan hatinya (ain bashiroh), setiap akan bersikap atau
berbuat sehingga mencegah dirinya dari melakukan sesuatu yang
dibenciNya , menghindari perbuatan maksiat, menghindari perbuatan keji
dan mungkar hingga terbentuklah muslim yang berakhlakul karimah.
Firman Allah ta’ala yang artinya “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama” (QS Al Faathir [35]:28)
Tujuan beragama adalah untuk mencapai muslim yang berakhlakul karimah
, muslim yang baik, muslim yang sholeh (sholihin), muslim yang ihsan
(muhsin/muhsinin) dan muslim yang bermakrifat yakni muslim yang
menyaksikan Allah dengan hati (ain bashiroh)
Rasulullah menyampaikan yang maknanya “Sesungguhnya aku diutus (Allah) untuk menyempurnakan Akhlak.” (HR Ahmad).
Firman Allah ta’ala yang artinya,
“Sungguh dalam dirimu terdapat akhlak yang mulia”. (QS Al-Qalam:4)
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. (QS Al-Ahzab:21)
Imam Sayyidina Ali ra berpesan, “Allah subhanahu wa ta’ala telah
menjadikan akhlak mulia sebagai perantara antara Dia dan hambaNya. Oleh
karena itu,berpeganglah pada akhlak, yang langsung menghubungkan anda
kepada Allah”
Muslim yang dekat dengan Allah atau muslim yang meraih maqom
disisiNya yakni muslim yang telah dikaruniakan ni’mat oleh Allah Azza wa
Jalla sehingga selalu berada dalam kebenaran, selalu berada pada jalan
yang lurus.
Firman Allah ta’ala
”…Sekiranya kalau bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya,
niscaya tidak ada seorangpun dari kamu yang bersih (dari perbuatan keji
dan mungkar) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa saja yang
dikehendaki…” (QS An-Nuur:21)
“Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan
(menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu
mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat. Dan sesungguhnya mereka
pada sisi Kami benar-benar termasuk orang-orang pilihan yang paling
baik.” (QS Shaad [38]:46-47)
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu” (QS Al Hujuraat [49]:13)
“Tunjukilah kami jalan yang lurus , (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri ni’mat kepada mereka” (QS Al Fatihah [1]:6-7)
“Dan barangsiapa yang menta’ati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu
akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni’mat oleh Allah,
yaitu : Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan
orang-orang sholeh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya .” (QS An Nisaa [4]: 69)
Muslim yang terbaik bukan nabi yang mendekatkan diri (taqarub) kepada
Allah sehingga meraih maqom disisiNya dan menjadi kekasih Allah (wali
Allah) adalah shiddiqin, muslim yang membenarkan dan menyaksikan Allah
dengan hatinya (ain bashiroh) atau muslim yang bermakrifat.
Bermacam-macam tingkatan shiddiqin sebagaimana yang diuraikan dalam
tulisan pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/01/14/2011/09/28/maqom-wali-allah
Muslim yang bermakrifat atau muslim yang menyaksikan Allah ta’ala
dengan hati (ain bashiroh) adalah muslim yang selalu meyakini
kehadiranNya, selalu sadar dan ingat kepadaNya.
Imam Qusyairi mengatakan “Asy-Syahid untuk menunjukkan sesuatu
yang hadir dalam hati, yaitu sesuatu yang membuatnya selalu sadar dan
ingat, sehingga seakan-akan pemilik hati tersebut senantiasa melihat dan
menyaksikan-Nya, sekalipun Dia tidak tampak. Setiap apa yang membuat
ingatannya menguasai hati seseorang maka dia adalah seorang syahid
(penyaksi)”
Jika belum dapat bermakrifat yakinlah bahwa Allah Azza wa Jalla melihat kita.
Rasulullah bersabda yang artinya “jika kamu tidak melihat-Nya (bermakrifat) maka sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR Muslim 11)
Ubadah bin as-shamit ra. berkata, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkata: “Seutama-utama iman seseorang, jika ia telah mengetahui (menyaksikan) bahwa Allah selalu bersamanya, di mana pun ia berada“
Rasulullah shallallahu alaihi wasallm bersabda “Iman paling afdol ialah apabila kamu mengetahui bahwa Allah selalu menyertaimu dimanapun kamu berada“. (HR. Ath Thobari)
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا حَفْصٌ عَنْ
عَبْدِ الْمَلِكِ عَنْ عَطَاءٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ رَآهُ بِقَلْبِهِ
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah
menceritakan kepada kami Hafsh dari Abdul Malik dari ‘Atha’ dari Ibnu
Abbas dia berkata, “Beliau telah melihat dengan mata hatinya.” (HR Muslim 257)
Imam Sayyidina Ali r.a. pernah ditanya oleh seorang sahabatnya bernama Zi’lib Al-Yamani, “Apakah Anda pernah melihat Tuhan?”
Beliau menjawab, “Bagaimana saya menyembah yang tidak pernah saya lihat?”
“Bagaimana Anda melihat-Nya?” tanyanya kembali.
Sayyidina Ali ra menjawab “Dia tak bisa dilihat oleh mata dengan pandangan manusia yang kasat, tetapi bisa dilihat oleh hati”
Beliau menjawab, “Bagaimana saya menyembah yang tidak pernah saya lihat?”
“Bagaimana Anda melihat-Nya?” tanyanya kembali.
Sayyidina Ali ra menjawab “Dia tak bisa dilihat oleh mata dengan pandangan manusia yang kasat, tetapi bisa dilihat oleh hati”
Sebuah riwayat dari Ja’far bin Muhammad beliau ditanya: “Apakah engkau melihat Tuhanmu ketika engkau menyembah-Nya?” Beliau menjawab: “Saya telah melihat Tuhan, baru saya sembah”. Bagaimana anda melihat-Nya? dia menjawab: “Tidak dilihat dengan mata yang memandang, tapi dilihat dengan hati yang penuh Iman.”
Munajat Syaikh Ibnu Athoillah, “Ya Tuhan, yang berada di balik
tirai kemuliaanNya, sehingga tidak dapat dicapai oleh pandangan mata. Ya
Tuhan, yang telah menjelma dalam kesempurnaan, keindahan dan
keagunganNya, sehingga nyatalah bukti kebesaranNya dalam hati dan
perasaan. Ya Tuhan, bagaimana Engkau tersembunyi padahal Engkaulah Dzat
Yang Zhahir, dan bagaimana Engkau akan Gaib, padahal Engkaulah Pengawas
yang tetap hadir. Dialah Allah yang memberikan petunjuk dan kepadaNya
kami mohon pertolongan“
Syaikh Abdul Qadir Al-Jilany menyampaikan, “mereka yang sadar
diri senantiasa memandang Allah Azza wa Jalla dengan qalbunya, ketika
terpadu jadilah keteguhan yang satu yang mengugurkan hijab-hijab antara
diri mereka dengan DiriNya. Semua bangunan runtuh tinggal maknanya.
Seluruh sendi-sendi putus dan segala milik menjadi lepas, tak ada yang
tersisa selain Allah Azza wa Jalla. Tak ada ucapan dan gerak bagi
mereka, tak ada kesenangan bagi mereka hingga semua itu jadi benar. Jika
sudah benar sempurnalah semua perkara baginya. Pertama yang mereka
keluarkan adalah segala perbudakan duniawi kemudian mereka keluarkan
segala hal selain Allah Azza wa Jalla secara total dan senantiasa terus
demikian dalam menjalani ujian di RumahNya”
Wassalam
0 Saran Dan Kritik:
Posting Komentar