PERADABAN ISLAM DI MONGOL
Jatuhnya Kota Baghdad pada tahun 1258 M, ke
tangan bangsa Mongol bukan sajamengakhiri khilafah Abbasiyah, tapi juga
merupakan awal dari masa kemunduran politik dan peradaban Islam, karena Baghdad
sebagai pusat kebudayaan dan perandaban Islam yang sangat kaya dengan khazanah
ilmu pengetahuan itu ikut pula lenyap dibumihanguskan oleh pasukan Mongol yang
dipimpin oleh Hulagu Khan.
A. Asal-Usul Bangsa Mongol
Bangsa Mongol berada di
wilayah pegunungan Mongolia, berbatasan dengan Cina di Selatan, Turkestan di
Barat, Manchuria di Timur, dan Siberia di sebelah Utara (Ambari,1993:97).
Kebanyakan dari mereka mendiami padang stepa yang membentang di
antara pegunungan Ural sampai pegunungan Altai di Asia Tengah, dan mendiami
hutan Siberiadan Mongol di sekitar Danau Baikal (Bosworth, 1993:187). Dalam
rentang waktu yang relatif panjang, kehidupan bangsa Mongol tetap
sederhanamereka mendirikan perkemahan dan berpindah dari satu tempat ketempat
lain,menggembala kambing, berburu. Mereka hidup dari hasil perdagangan
tradisional yaitu dengan bangsa Turki dan Cina yang menjadi tetangga
mereka. Kesehariannya sebagaimana dipredikatkan pada mereka sifat nomad. Mereka
mempunyai sifat kasar, suka berperang sampai berani mati dalam mewujudkan keinginan
dan ambisi politiknya. Namun, mereka sangat patuh dan taat pada pimpinannya
dalam satu bingkai agama Syamaniyah, yaitu kepercayaan yang menyembah
bintang-bintang dan matahari terbit (Yatim, 2003:111-112).
Namun demikian, ada
satu pendapat yang mengatakan bahwa bangsa Mongol bukanlah suku nomaden sebagaimana
dimaksud. Mereka lebih terlihat sebagai suatu bangsa yang memiliki ketangkasan berkuda yang mampu
menaklukkan stepa ke stepa, akibatnya kehidupan merekapun berpindah-pindah
mengikuti wilayah hasil penaklukan dibawah kepemimpinan Khan. Khan yang
pertama dari bangsa Mongol adalah Yesugey, ayah Chinggis atau Jengis.
Silsilah keluarganya berasal dari nenek moyang yang bernama Alanja Khan yang dikaruniai dua
orang putera kembar yaitu Tartar dan Mongol. Dari kedua putera tersebut lahirlah dua keturunan bangsa, yaitu Mongol dan Tartar. Anak yang pertama
lahir bernama Ilkhan yang dikemudian hari menjadi pemimpin bangsa
Mongol. Pada masa kerajaan Mongol dipimpin oleh Ilkhan dan Tartar oleh Sanja
Khan, keduanya berselisih hingga perselisihannya membawa kepada situasi perang saudara yang
berakhir dengan kemenangan Sanja Khan dari Tartar. Maka kerajaan Mongol
selanjutnya berada dibawah kekuasaan Tartar. Kemudian setelah kerajaan Mongol
kuat kembali, mereka menggulingkan kekuatan Tartar dan tampil sebagai penguasa
kerajaan-kerajaan yang ada.
Pada abad ke 12, Mongol
dipimpin oleh Yasughi Bahadar Khan. Ia mempersatukan 13 suku dari ras Mongoloid.
Kemudian membentuk suatu kekuatan militer yang amat tangguh, sehingga ditakuti
oleh daerah-daerah sekitarnya. Sepeninggal Yasughi kerajaan dipegang oleh
Temujin (1167-1227 M) putranya sendiri yang ketika naik tahta masih berusia
13 tahun. Sekalipun relatif muda ia sangat ambisius untuk menguasai wilayah diluar
Mongolia. Sebelum memenuhi obsesinya tersebut, Ia melakukan konsolidasi intern dengan
memperkokoh bidang militer. Pada tahun 1206 M, Temujin mengadakan pesta
besar-besaran bersama kepala suku yang berada dalam persekutuannya yang
dihadiri oleh pemuka agama dan tokoh masyarakat. Pada saat itulah pemuka agama
mengatakan bahwa “langit” telah memberikan gelar “Jengiz Khan” pada Temujin yang
berarti raja yang kuat dan perkasa. Jengiz Khan juga sering ditulis Jenghis Khan, Genghis Khan, Jinghis Khan, Chinghiz Khan, Chinggis Khan, Changaiz Khan. Pada saat itu pula Jengiz Khan mengumumkan
undang-undang yang disebut “ al-Yasuk ” yang mengatur kehidupan rakyat dan semua
kerajaan yang berada dalam konfederasi Mongol.
Dalam memenuhi obsesinya,
pertama-tama Jengiz Khan berusaha untuk menguasai Cina. Pada tahun 1215 M, Ia dapat menduduki Peking (Ibu kota Cina, Beijing). Setelah itu diakonsentrasi ke
sebelah Barat wilayah yang dihuni oleh umat Islam. Yang ia lakukan pertama,
mengadakan kontak dagang dengan pihak Khawarizm sebagai usaha untuk mengenali
situasi dan kondisi kekuasaan Islam di Asia Tengah. Ala’ Uddin
Muhammad Khawarizm menerima kontak diplomasi perdagangan ini dengan amat
hati-hati, sehingga tidak lama kemudian para pedagang Mongol yang beroperasi di
pasar utara ditangkap oleh penguasa lokal karena dicurigai sebagai mata-mata.
Tetapi alasan yang dikemukakan oleh penguasa utara adalah para pedagang Mongol
tersebut melakukan tindakan kasar yang merugikan pedagang setempat. Hal ini
menimbulkan reaksi yang cukup hebat dari Jengiz Khan. Ia meminta pada Ala’
Uddin untuk menyerahkan penguasa utara tapi Al’ Uddin menolaknya. Hal ini
menjadi alasan bagi Jengiz Khan untuk menyerang Dinasti Khawariz, tetapi
pertempurannya tidak membawa hasil.
Pada tahun 1220 M, Jengiz Khan bersama pasukan
datang ke Bukhora untuk melakukan serangan terhadap Khawarizm dan dimenangkan
pasukan Jengiz Khan, Ala’ Uddin tidak mampu menahan serangan. Kemudian Jengiz Khan memerintahkan penduduk Bukhora meninggalkan kota tanpa membawa suatu apapun
kecuali yang melekat di badan, bagi mereka yang membangkang dan tetap didalam
kota aka dibunuh. Selain itu mereka mengadakan pengrusakan terhadap
bangunan-bangunan masjid dan madrasah, membakar kitab suci dan kitab-kitab lain
yang mereka temui dalam perpustakaan. Ibnu Asia (sejarawan) menyatakan bahwa
perusakan tersebut menjadikan Bukhora rata bagaikan tak pernah ada sebelumnya
(Hoeve, 1993:255).
B. Wilayah Kekuasaan Mongol dan Dinasti Ilkhan
Perpaduan antara watak nomad
dengan ketangkasannya menunggang kuda, serta keberaniannya melawan musuh
mengantarkan Bangsa Mongol menjadi bangsa penakluk. Terbukti banyak
negara-negara di Dunia yang telah ditaklukkan meliputi kawasan Cina dan
negeri-negeri Islam, khususnya ketika Mongol dipimpin oleh Jengis Khan. Cina
bagian Barat, Tibet, ditaklukkan sekitar tahun 1213 M, dan Beijing tahun 1215 M.
Tiga tahun berikutnya ia dapat menguasai kota Thurkistan yang berbatasan
dengan Khawarizm Syah yang menjadi wilayah Islam. Selanjunya, secara
berturut-turut Turkistan yang juga merupakan wilayah Khawarizm, Bukhara di
Samarkhand dan Balkh, serta kota-kota lain yang memiliki peradaban Islam yang
tinggi di Asia Tengah tidak luput dari kehancuran dari serangan
bangsa Mongol.
Jengis Khan juga mengutus anak keturunannya yaitu Tulii untuk
menaklukkan Khurasan, Juchi dan Changhatai untuk menaklukkan wilayah Sri
Darya bawah dan Khawarizm (Bosworth, 1993:177). Sebelum Jengis Khan meninggal
Dunia tahun 1227 M, ia membagikan wilayah yang begitu luas kepada keempat
anaknya.
C. Pembagian wilayah kekuasaan Mongol untuk keturunan Gengis Khan
1. Wilayah kekuasaan Mongol untuk Juchi
Anak sulungnya
menduduki wilayah Siberia bagian Barat dan Stepa Qipchaq termasuk juga
Khawarizm. Sebelum ia sempat mempimpin wilayah tersebut ia meninggal Dunia
sebelum. Tetapi warisan wilayah itu telah diberikan kepada anaknya
yaitu Batu dan Orda.
2. Wilayah kekuasaan Mongol untuk Chagatay
Wilayahnya
meliputi Transoxania sampai ke Turkistan Timur atau Turkistan Cina. Keturunan
Chagatay yang ada di Barat yaitu Transoxania telah masuk ke dalam kawasan
pengaruh Islam, tetapi kemudian dapat dikalahkan Timur Lenk. Dari Turkistan
Timur ia meluaskan daerah ke Serimechye Ili, Tien Syan di Tarim. Mereka tidak
terpengaruh Islam tetapi ikut dalam penyebaran Islam di Turkistan Cina abad
XVII.
3. Wilayah kekuasaan Mongol untuk Ogotai
Ia terpilih
menjadi Khan Agung mengantikan Jengis Khan. Setelah mencapai dua generasi,
ke-Khan-an tertinggi disebut keturunan Tohey.
4. Wilayah kekuasaan Mongol untuk Tuli.
Ia menerima
daerah Mongolia, bersama dengan anak-anaknya Mongke dan Qubilay Khan. Mongke
tetap bertahan di Mongolia sebagai Khan Agung dengan ibukota Qaraqarum dan
Qubilay Khan memerintah di Cina yang terkenal dengan Dinasti Yuan sampai abad
XIV. Kemudian digantikan oleh Dinasti Ming yang beragama Budha yang berpusat di
Beijing kemudian mereka bertikai dengan ke-Khan-an Islam di Barat dan Rusia.
Hulagu Khan saudara Qubilay Khan menyerang daerah-daerah Islam
sampai Baghdad. Setelah Hulagu menaklukkan Baghdad ia mendirikan kerajaan
Ilkhaniyah di Persia atas nama pemerintahan Khan Agung di Mongolia dan Cina
dengan gelar Ilkhan dan membunuh Khalifah terakhir Abbasiyah al-Mu’tasim (13
Februari 1258). Baghdad dan daerah-daerah yang ditaklukkan Hulagu selanjutnya
diperintah oleh Dinasti Ilkhan. Ilkhan adalah gelar yang diberikan kepada Hulagu
(Nasution, 1985:80). Umat Islam dengan demikian dipimpin oleh Hulagu Khan,
seorang raja yang bergama Syamanism.
Hulagu memerintah sampai tahun 1265 M
kemudian diganti oleh anaknya Abaga hingga tahun1282 M. Ia beragama Kristen Nestorian dan bersekutu
dengan Kristen Eropa, Armenia dan Cilicia untuk
melawan Mameluk dan saudara-saudaranya dari Dinasti Horde keemasan
yang didirikan Batu anak dari Juchi yang beragama Islam. Setelah kematian Qubilay
Khan (1294 M), maka wilayah kekuasaannya terlepas. Mahmud Ghazan yang sudah
masuk Islam memerintah Rasyid al-Din al-Thabib dan Uljaytu agar menuliskan
sejarah universalnya.
Di bawah pemerintahan Mahmud Ghazna bersama menterinya
Rasyid al-Din al-Thabib banyak mengalami kemajuan. Penguasa terakhir Ilkhaniyah
adalah Abu Said yang berdamai dengan Mameluk tahun 1323 M dan mengakhiri
permusuhan antara kedua kekuasaan itu untuk merebutkan Syiria. Ilkhaniyah
beribukota di Tabris dan Maragha yang merupakan kota perdagangan antara Timur
dan Barat. Selama seratus tahun, Ilkhaniyah di Persia terpecah menjadi kerajaan
kecil seperti Muzafariyyah dan Salaghariyyah di Faris, dan Jalariyyah
dengani bukota Baghdad. Dengan kepercayaan dari saudara Moghe Khan, Hulagu dapat
mengusai Persia, Irak,Caucasus dan Asia Kecil. Sebelum menaklukkan Baghdad,
pada tahun 1256 M Hulagu telah menguasai pusat gerakan Syi’ah di Persia Utara.
Tahun 1260 M Hulagu juga menaklukkan Syiria Utara seperti Allepo, Hama dan
Hamim. Ketika Hulagu ingin menaklukkan Mesir ia dapat digagalkan oleh pasukan
Mamalik Mesir di ‘Ayn-Jalut di Palestina (tahun 1260 M).
0 Saran Dan Kritik:
Posting Komentar