Kedua,
untuk membuktikan adanya estafet risalah kenabian Muhammad saw dari
nenek moyang nabi terdahulu, khususnya dari Nabi Ibrahim as. Seperti
yang kita baca dari beberapa ayat Al Qur’an berikut ini, agama yang
dibawa oleh Nabi Muhammad saw bersumber dari agama Ibrahim as.
Ibrahim bukanlah seorang Yahudi atau seorang Nasrani, melainkan seorang hanif dan Muslim. (Ali Imran/3:67). Kemudian kami wahyukan kepada engkau (Muhammad), “Ikutilah agama Ibrahim secara hanif.” (An Nahl/16:123). Katakanlah (olehmu, Muhammad), “Sesungguhnya Tuhanku telah menunjukkan aku ke jalan yang lurus, yaitu agama yang tegak, agama Ibrahim yang hanif.” (Al An’am/6:161).
Bukti
nyata dari runtutan agama dari Nabi Ibrahim as kepada Nabi Muhammad saw
adalah pewarisan ibadah haji yang jejaknya ditorehkan oleh Ibrahim dan
keluarganya (Hajar dan Ismail). Sofa-Marwah, kurban, zamzam, Mina,
Muzdhalifah, Arafah adalah kata-kata kunci yang kini menjadi tradisi
penting dalam haji.
Demikian
pula, Ka’bah—rumah ibadah pertama kali yang didirikan untuk umat
manusia (Ali Imran/3:96)—yang dibangun (kembali) oleh Nabi Ibrahim as
dan Nabi Ismail as (Al Baqarah/2:127), kini menjadi sentral ibadah umat
Islam. Bukan saja sebagai tempat thawaf dalam ibadah umrah dan haji,
melainkan juga menjadi kiblat dalam ibadah shalat umat Islam sedunia.
Yang
menarik, meskipun umat Islam (zaman Rasulullah saw), pernah
diperintahkan oleh Allah untuk berkiblat pada Masjid Al Aqsha di
Yerussalem—yang dibangun oleh Nabi Sulaiman as (8 abad setelah Nabi
Ibrahim as), namun pada akhirnya Allah memperkenankan kembali umat Islam
berkiblat ke Ka’bah di Mekkah. Perpindahan ini memiliki makna yang
penting bahwa agama Islam merujuk pada agama Ibrahim as.
Dari Ibrahim as, Ismail as, Sampai Muhammad saw
Nurcholish Madjid (Pintu-Pintu Menuju Tuhan,
Paramadina, 1996), menyebutkan ada dua bangsa yang mengaku sebagai
keturunan Nabi Ibrahim as, yaitu bangsa Yahudi dan bangsa Arab (suku
Quraish). Bangsa Yahudi diturunkan dari garis Nabi Ishaq as, kemudian
turun ke Nabi Ya’qub as yang bergelar Isra’il (artinya, Hamba Allah).
Karena itu maka keturunan Nabi Ya’qub juga disebut Bani Isra’il
(artinya, Anak-cucu Isra’il).
Ishaq adalah putera Ibrahim dari isterinya, Sarah. Tapi sebelum beranakkan Ishaq, Ibrahim telah beranakkan Isma’il dari istrinya yang lebih muda, Hajar, seorang yang dihadiahkan oleh Fir’aun. Dia dinamakan Isma’il, dari bahasa Ibrani, Ismael, yang artinya “Allah telah mendengar,” karena Ibrahim, memandangnya sebagai bukti bahwa Allah telah mendengar doa’nya untuk mempunyai keturunan.
Maka tidak heran Ibrahim sangat mencintai anaknya, Isma’il itu. Tetapi kecintaannya itu telah mengundang ketidaksenangan Sarah, isteri pertamanya yang kemudian meminta Ibrahim untuk membawa mereka, ibu dan anak itu, keluar dari rumah tangganya. Isma’il dan ibunya, Hajar dibawah Ibrahim ke Mekkah, dekat rumah Allah (Bayt Allah), sesuai dengan petunjuk Allah sendiri (Ali Imran/3:96). Di sanalah Isma’il dibesarkan, kemudian berumah tangga dengan wanita Arab suku Jurhum, yang kemudian menurunkan bangsa Arab Quraish, penduduk Makkah dan suku Arab yang paling terkemuka.
Dari suku Quraish itu kelak tampil Rasul Allah yang penghabisan, Nabi Muhammad SAW yang membawa Islam.
Ishaq adalah putera Ibrahim dari isterinya, Sarah. Tapi sebelum beranakkan Ishaq, Ibrahim telah beranakkan Isma’il dari istrinya yang lebih muda, Hajar, seorang yang dihadiahkan oleh Fir’aun. Dia dinamakan Isma’il, dari bahasa Ibrani, Ismael, yang artinya “Allah telah mendengar,” karena Ibrahim, memandangnya sebagai bukti bahwa Allah telah mendengar doa’nya untuk mempunyai keturunan.
Maka tidak heran Ibrahim sangat mencintai anaknya, Isma’il itu. Tetapi kecintaannya itu telah mengundang ketidaksenangan Sarah, isteri pertamanya yang kemudian meminta Ibrahim untuk membawa mereka, ibu dan anak itu, keluar dari rumah tangganya. Isma’il dan ibunya, Hajar dibawah Ibrahim ke Mekkah, dekat rumah Allah (Bayt Allah), sesuai dengan petunjuk Allah sendiri (Ali Imran/3:96). Di sanalah Isma’il dibesarkan, kemudian berumah tangga dengan wanita Arab suku Jurhum, yang kemudian menurunkan bangsa Arab Quraish, penduduk Makkah dan suku Arab yang paling terkemuka.
Dari suku Quraish itu kelak tampil Rasul Allah yang penghabisan, Nabi Muhammad SAW yang membawa Islam.
Garis Keturunan Itu
Bagaimana
nasab Nabi Muhammad saw sampai Nabi Ibrahim as? Para ahli sejarah
sepakat bahwa Nabi Muhammad saw adalah keturunan Nabi Ibrahim as (lewat
jalur Nabi Ismail as). Tetapi terjadi perselisihan berapakah nenek-nenek
beliau di antara Ismail dengan Adnan. Kata setengahnya banyaknya 40
orang, setengahnya pula mengatakan 7 orang. Berkata Abu Abdullah
Al-Hafidzh: “Tentang berapakah bilangan nenek-nenek moyang Rasulullah
sejak dari Adnan menjelang Ismail dan Ibrahim itu tidaklah ada suatu
riwayat yang muktamad.” (Hamka, Sejarah Umat Islam).
Tetapi sebagian ahli sejarah memberi data bagaimana sambungan antara Adnan sampai Nabi Ibrahim as, diantaranya: Adnan adalah Ibnu Ad bin Humaisi bin Salaman bin Aush bin Basuz bin Qumwal bin Ubay bin Awwan bin Nasyid bin Haza bin Baldas bin Yadlaf bin Thabikh bin Jahim bin Nasyid bin Makhi bin Iyadl bin Abqar bin Ubaid bin Ad Da’a bin Hamdan bin sunbur bin Yatsribi bin Yahzan bin Yalhan bin Arawa bin Iyadl bin Disyan bin Aishir bin Afnad bin Aiham bin Magshar bin Nahits bin Zarah bin Sama bin Maza bin Audlah bin Iram bin Qidar bin Ismail as bin Ibrahim as (Syaikh Shafiyyur Rahman Al Mubarakfury, Sejarah Hidup Muhammad – Sirah Nabawi).
Bahkan silsilah itu oleh dilanjutkan sampai Adam as, meskipun ini oleh Syafiyyur Rahman dianggap bahwa di dalamnya terdapat perkara-perkara yang tidak benar. Adapun silsilah Nabi Ibrahim as sampai Adam as yang dimaksud adalah; Ibrahim bin Tarih bin Nahur bin Asragh bin Arghu bin Falikh bin Abir bin Syalikh bin Arfakhsyad bin Sam bin Nuh as bin Lamik bin Mattusyalakh bin Akhnukh (Idris as) bin Yarid bin Mahlail bin Qayin bin Anus bin Syits bin Adam as. (Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam Al Muafiri, Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid I, Darul Falah,, Jakarta, 2004).
Jika silsilah dari Nabi Ibrahim as sampai Adnan terjadi perselisihan pendapat (apalagi dari Adam as sampai Ibrahim as!), maka ahli sejarah sepakat tentang nasab Nabi Muhammad saw sampai Adnan, dengan runtutan sebagai berikut: Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib (Syaibah) bin Hasyim (Amru) bin Abdi Manaf (Mughirah) bin Qushay (Zaid) bin Kilab bin Murrah bin Ka’b bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr (darinya penisbatan kabilah Quraish) bin Malik bin Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mu’id bin Adnan.
Jalur keturunan dari garis keturunan Ismail ini oleh para ahli sejarah digolongkan dalam kelompok Arab Musta’ribah, yang dinamakan juga Arab Adnaniyyah. Sedangkan dua golongan bangsa Arab lainnya adalah Arab Ba’idah, yaitu kaum Arab terdahulu yang rincian sejarah mereka tidak dapat diketahui secara sempurna seperti kaum Ad, Tsamud Thasam, Amlaq. Golongan lainnya adalah Arab Aribah, yaitu kaum Arab yang berasal dari garis keturunan Ya’rib bin Yasyjib bin Qahthan, yang disebut Arab Qathaniyyah, yang bertempat di Yaman dengan dua kabilah yang terkenal, yaitu Humair dan Kahlan. (Syaikh Shafiyyur Rahman Al Mubarakfury, Sejarah Hidup Muhammad – Sirah Nabawi)
Tetapi sebagian ahli sejarah memberi data bagaimana sambungan antara Adnan sampai Nabi Ibrahim as, diantaranya: Adnan adalah Ibnu Ad bin Humaisi bin Salaman bin Aush bin Basuz bin Qumwal bin Ubay bin Awwan bin Nasyid bin Haza bin Baldas bin Yadlaf bin Thabikh bin Jahim bin Nasyid bin Makhi bin Iyadl bin Abqar bin Ubaid bin Ad Da’a bin Hamdan bin sunbur bin Yatsribi bin Yahzan bin Yalhan bin Arawa bin Iyadl bin Disyan bin Aishir bin Afnad bin Aiham bin Magshar bin Nahits bin Zarah bin Sama bin Maza bin Audlah bin Iram bin Qidar bin Ismail as bin Ibrahim as (Syaikh Shafiyyur Rahman Al Mubarakfury, Sejarah Hidup Muhammad – Sirah Nabawi).
Bahkan silsilah itu oleh dilanjutkan sampai Adam as, meskipun ini oleh Syafiyyur Rahman dianggap bahwa di dalamnya terdapat perkara-perkara yang tidak benar. Adapun silsilah Nabi Ibrahim as sampai Adam as yang dimaksud adalah; Ibrahim bin Tarih bin Nahur bin Asragh bin Arghu bin Falikh bin Abir bin Syalikh bin Arfakhsyad bin Sam bin Nuh as bin Lamik bin Mattusyalakh bin Akhnukh (Idris as) bin Yarid bin Mahlail bin Qayin bin Anus bin Syits bin Adam as. (Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam Al Muafiri, Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid I, Darul Falah,, Jakarta, 2004).
Jika silsilah dari Nabi Ibrahim as sampai Adnan terjadi perselisihan pendapat (apalagi dari Adam as sampai Ibrahim as!), maka ahli sejarah sepakat tentang nasab Nabi Muhammad saw sampai Adnan, dengan runtutan sebagai berikut: Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib (Syaibah) bin Hasyim (Amru) bin Abdi Manaf (Mughirah) bin Qushay (Zaid) bin Kilab bin Murrah bin Ka’b bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr (darinya penisbatan kabilah Quraish) bin Malik bin Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mu’id bin Adnan.
Jalur keturunan dari garis keturunan Ismail ini oleh para ahli sejarah digolongkan dalam kelompok Arab Musta’ribah, yang dinamakan juga Arab Adnaniyyah. Sedangkan dua golongan bangsa Arab lainnya adalah Arab Ba’idah, yaitu kaum Arab terdahulu yang rincian sejarah mereka tidak dapat diketahui secara sempurna seperti kaum Ad, Tsamud Thasam, Amlaq. Golongan lainnya adalah Arab Aribah, yaitu kaum Arab yang berasal dari garis keturunan Ya’rib bin Yasyjib bin Qahthan, yang disebut Arab Qathaniyyah, yang bertempat di Yaman dengan dua kabilah yang terkenal, yaitu Humair dan Kahlan. (Syaikh Shafiyyur Rahman Al Mubarakfury, Sejarah Hidup Muhammad – Sirah Nabawi)
Keistimewaan Keluarga Nabi Muhammad saw.
Dengan mempelajari nasab Nabi Muhammad saw, maka kita kana menemukan beberapa keistimewaan:
- Jalur dari Nabi Ibrahim as. “Sesungguhnya Allah telah memilih Ismail di antara anak Ibrahim, kemudian memilih Kinanah di antara anak keturunan Ismail, kemudian memilih Quraisy di antara Bani Kinanah, kemudian memilih Bani Hasyim di antara Bani Kinanah, kemudian memilih aku di antara Bani Hasyim.” (HR Muslim dan Tirmidzi)
- Keluarga Terhormat dan Terbaik. Dari Abbas bin Abdul Muthalib, ia berkata bahwasanya Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah telah menciptakan makhluk, lalu menjadikan aku termasuk dari kelompok mereka yang terbaik. Kemudian, dipilihlah kabilah-kabilah, maka Dia menjadikan aku termasuk kabilah yang terbaik. Kemudian dipilihlah keluarga-keluarga, maka Dia menjadikan aku termasuk dari keluarga yang terbaik. Maka saya adalah orang yang terbaik di antara mereka, dalam hal pribadi dan keluarga.” (HR Tirmidzi).
Keistimewaan
keluarga Nabi Muhammad saw, bisa dilihat dari sisi singgungan mereka
dengan Mekkah (kota suci yang melegendaris) dan Ka’bah (bangunan suci
yang juga melegendaris). Mulai dari menghidupkan dan meng-kota-kan
Mekkah (dengan air zamzam yang terpancar dari tanah di atas kaki bayi
Ismail, akan menjadi sumber kehidupan manusia), pembangunan (kembali)
Ka’bah oleh Ibrahim dan Ismali berikut tradisi haji dan pemeliharaan
ka’bah dari segala aspeknya secara turun temurun oleh nenek moyang Nabi
Muhammad saw. Ini bisa kita lihat dari peran mereka masing-masing
sebagai berikut:
- Qushayy bin Kilab (400 M). Dialah penggagas komunitas (ditandai dengan bangunan) di sekitar Ka’bah, termasuk tempat bernama Dar An-Nadwah, sebagai tempat bertemunya para pembesar-pembesar Mekkah.
- Pemegang jabatan-jabatan penting seputar Ka’bah: (penjaga pintu Ka’bah = juru kunci)
- Siqayah (penyedia air tawar).
- Rifada (pemberi makanan).
- Nadwa (pemimpin rapat tiap tahun musim)
- Liwa’ (penjaga panji-panji)
- Qiyada (pemimpin pasukan perang)
- Abdul Manaf (430 M). Keluarga ini mendapat bagian untuk mengurus persoalan air dan makanan. Sedangkan keluarga Abdur Dar (saudaranya) bertugas memegang kunci, panji, dan memimpin rapat.
- Hasyim (464 M). Dialah pemegang urusan air dan makanan. Pengancur masyarakat untuk menafkahkan hartanya untuk memberi makanan pada peziarah ka’bah. Juga semakin meng-kota-kan Mekkah.
- Abdul Muttalib (495 m). Penerus urusan pembagian air dan makanan. Penggali (kembali) sumur Zamzam yang terpendam. Pada masa beliau, terjadi penyerangan Ka’bah oleh Abrahah. (Muhammad Haikal, Sejarah Hidup Muhammad)
0 Saran Dan Kritik:
Posting Komentar