HTI: APEC Tak Lebih Invansi Ekonomi-Politik, Indonesia Makin Liberal
(http://harianislam.blogspot.com) – Dalam website resminya (http://hizbut-tahrir.or.id),
Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) menegaskan penolakannya atas
diselenggarakannya APEC yang akan digelar di Bali 5-7 Oktober 2013
mendatang.
Dalam pidatonya, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada
APEC 2012 di Rusia pernah mengatakan, “Dunia sedang melihat APEC
sebagai mesin pertumbuhan global karena kawasan Asia Pasifik telah
menunjukkan ketahanan di tengah krisis keuangan terbaru. ”
Jika dianalisis secara kritis, pemberian kesempatan
Indonesia sebagai ketua APEC 2013 bukan tanpa kompensasi. Ada hal
menarik di balik itu semua. Serta APEC akan menjadikan Indonesia sebagai
model bagi ekonomi pasar bebas. Lantas, apakah keuntungan didapat? Atau
justru buntung yang didapat? Ataukah akan menjadi bunuh diri politik
dan ekonomi bagi Indonesia?
Watak dari organisasi Internasional bergantung pada ideologi. Negera
yang berideologi akan mampu mempengaruhi kebijakan pada setiap
pertemuan. AS sebagai anggota APEC memiliki kepentingan di Asia-Pasifik.
Selain merebut pengaruh, juga untuk mengamankan kepentingan ekonomi AS.
Adapun Eropa bersatu di bawah bendera UNI-EROPA. Di sisi
lain, AS juga bersembunyi tangan diam-diam menjadi sekutu Eropa. Sebuah
permainan politik bagi negara berideologi kapitalisme. Memang AS
memiliki kesamaan ideologi dengan Eropa.
Asia-Pasifik merupakan kawasan perdagangan yang ramai.
Terlebih masih banyak negara berkembang. Di sisi lain dominasi China,
Jepang, dan Korea berpengaruh cukup signifikan untuk menandingi ekonomi
di wilayah lainnya. Indonesia, misalnya, merupakan wilayah potensial dan
subur dalam penawaran produk industri. Maka bagi Indonesia ataupun
negara peserta APEC perlu ada jaminan keamanan. Keamanan untuk
melindungi investasi, barang yang diekspor atau diimpor, dan dominasi
politik luar negeri.
Invansi Ekonomi dan Politik
Janji keberlangsungan dan kestabilan ekonomi harus
diwaspadai. Khususnya bagi negera yang tidak berideologi jelas dalam
politik dan ekonomi. AS, Rusia, dan China sebagai anggota APEC merupakan
negara yang berideologi jelas. AS berideologi kapitalisme. Rusia dan
China dominasi masih kepada komunis-sosialisme.
Posisi Indonesia sangat tidak menguntungkan. Luas
wilayah dan sumber daya manusia yang besar tidak menjadikan Indonesia
mempunyai nilai tawar tinggi. Yang terjadi adalah Indonesia dibuat
bual-bualan untuk mewujudkan kepentingan Internasional.
Posisi Indonesia seperti bandul. Mudah terombang-ambing,
galau dalam menentukan kebijakan. Hal ini dikarenakan Indonesia tidak
memiliki ideologi yang khas. Bukti ini dapat dilihat dari kebijakan yang
ada di negeri ini. Tumpang tindih, bahkan merugikan rakyat. Seharusnya
Indonesia sadar secara ekonomi dan politik. Jangan hanya karena alasan
citra di mata dunia. Lantas rakyat dikorbankan untuk kepentingan
penguasa dan asing.
Terkait dengan ekonomi, Indonesia dipaksa tunduk pada
pasar bebas. Produk luar negeri membanjiri Indonesia tanpa ada filter.
Impor kedelai, daging sapi, beras, dan kebutuhan lainnya menjadi bukti
kelemahan Indonesia tidak mampu melindungi rakyat. Indonesia terlalu
sibuk mengurusi ekonomi makro yang kekayaan itu beredar di kalangan kaya
saja. Perusahaan asing yang berkolaborasi diberikan keleluasaan penuh.
Belum lagi AS dan Rusia juga berebut pengaruh untuk
pembelian altutista, semacam helikopter, pesawat tempur, dan lainnya.
China dengan produk murahnya membanjiri konsumen Indonesia. Lantas,
dimana negara ini melindungi rakyatnya? Dimana kedaulatan ekonomi
Indonesia?
APEC adalah bentuk invansi politik dan ekonomi. Sehingga
Indonesia akan semakin liberal dalam politik dan ekonomi. Meskipun
Indonesia menjadi Ketua APEC 2013, Indonesia tidak akan mampu
memengaruhi forum. Malahan yang terjadi sebaliknya, dijadikan ajang
negara Kapitalisme dan Komunis-sosialisme untuk mengokohkan
penjajahannya. Di luar forum APEC seolah-olah AS dan China dalam politik
berseteru, tetapi untuk urusan ekonomi mereka bersatu. Bahkan saling
mendominasi pasar bebas.
Dengan demikian, baik APEC ataupun forum internasional
lainnya semisal IMF, WTO, World Bank, dan PBB merupakan pintu masuk
negara kapitalisme untuk menjajah. Negara kapitalisme tidak akan pernah
berhenti untuk mengeruk kekayaan di negeri kaum muslim. Jeratan utang
dan perdagangan bebas akan menjadikan negeri kaum muslim semakin
liberal.
Forum APEC dan lainnya yang semisal merupakan invasi
baru ekonomi dan politik. Gaya baru penjajahan negara kafir penjajah.
Waspadalah! Jangan terjebak dalam lubang biawak yang disediakan oleh
mereka.
0 Saran Dan Kritik:
Posting Komentar