IBX58B0693E37B6C

KONTAK SAYA

Facebook

TELUSURI

MULAI DARI SINI

Home Daftar Isi

Home » » Banyak Jalan Menuju Mekkah

Banyak Jalan Menuju Mekkah

Banyak Jalan Menuju Mekkah

Habib Muhammad Rizieq Syihab, MA
Ketua Umum DPP FPI


Keberadaan Lembaga Survei pasca Reformasi, ternyata dimanfaatkan kekuatan politik sekuler dan liberal di Indonesia untuk memojokkan kekuatan politik Islam yang dimanifestasikan kedalam partai Islam dan partai berbasiskan massa Islam seperti PKS, PPP, PBB, PAN dan PKB. Sebab mereka khawatir jika partai-partai Islam itu berhasil memenangkan Pemilu 2014, maka mereka akan mengganti Dasar Negara Pancasila menjadi Dasar Negara Islam, sehingga Hukum Syari'ah akan berlaku di seluruh wilayah Indonesia. Sementara Partai Islam dan Capres Partai Islam dituding tidak memiliki jiwa nasionalisme, sedangkan Partai Sekuler dan Capres Partai Sekuler (PG, PD, PDIP, Gerindra dan Hanura) berjiwa nasionalis tulen.

Padahal kemenangan berbagai Partai Islam di wilayah Timur Tengah pasca Arab Springs seperti Ikhwanul Muslimin di Mesir, An-Nahdah di Tunisia serta sebelumnya Hamas di Gaza Palestina dan AKP di Turki, ternyata tidak serta merta menjadikan kelompok sekuler dan liberal tersingkir dari percaturan politik nasional dan Hukum Syari'ah berlaku sepenuhnya di berbagai negara tersebut. Terbukti tokoh-tokoh Partai Islam yang memimpin negara masih bersedia berkoalisi dengan para tokoh partai sekuler untuk bersama-sama mengatur negara. Padahal ketika partai sekuler berkuasa berpuluh-puluh tahun sebelumnya. Partai Islam dibekukan bahkan dibubarkan dan para pemimpinnya sama menjadi penghuni jeruji besi rezim sekuler yang didukung kekuatan militer dan Barat yang katanya demokratis tersebut.

Berikut ini wawancara Tabloid Suara Islam dengan Habib Muhammad Rizieq Syihab, MA (Ketua Umum DPP Front Pembela Islam) seputar tanggapannya terhadap hasil survei yang terus memojokkan Partai Islam dan Capres Partai Islam menjelang semakin dekatnya Pemilu 2014.      

Survei terbaru LSI menyebutkan, popularitas Partai Islam dan Capres Partai Islam rendah. Bagaimana komentar Habib ?

Jangan percaya dengan survei kelompok Liberal manapun, karena survei mereka bukan hanya sekedar polling atau jajak pendapat, akan tetapi sekaligus merupakan propaganda pembentukan opini untuk menggiring masyarakat agar ikut "design" mereka, sehingga pilihan mereka akan menjadi pilihan masyarakat. Itu semua hanya untuk memenuhi target pesanan politik dengan harga mahal.

Mulai dari pertanyaan hingga kelompok masyarakat yang disurvei, semua sudah dikondisikan sesuai dengan pesanan pasar politiknya. Hasil survei tentang Partai Islam di Pasar Liberal tentu akan berbeda dengan hasil survei Partai Islam di Pasar Islam, sebagaimana hasil survei tentang UU Anti Pelacuran di kelompok germo dan pelacur serta pelanggannya dari  strata masyarakat manapun, pasti akan berbeda dengan  hasil survei UU tersebut di kelompok ulama dan santri serta aktivis Islam dari strata masyarakat manapun.

Dalam hasil survei LSI juga disebutkan tingkat popularitas Capres partai nasionalis cukup tinggi. Bagaimana komentar Habib ?

LSI tidak jujur, karena dalam surveinya memberi opsi pilihan "Partai Islam" atau "Partai Nasionalis" ? dan "Tokoh Islam" atau "Tokoh Nasionalis" ? Sehingga mengesankan bahwa "Partai Islam" dan "Tokoh Islam" tidak nasionalis yaitu tidak berjiwa kebangsaan. Ini penyesatan opini gaya LSI.

Kalau LSI jujur, mestinya buat opsi pilihan "Partai Islam" atau "Partai Sekuler" ? dan "Tokoh Islam" atau "Tokoh Sekuler" ? Atau buat opsi yang lebih jujur lagi, "Partai Islam" atau "Partai Liberal" ? dan "Tokoh Islam" atau "Tokoh Liberal" ?  Dengan demikian, jelas sekali bahwa survei LSI tersebut curang dan culas, serta penuh intrik yg licik.

Dalam survei LSI juga disebutkan rendahnya popularitas Partai Islam karena adanya Ormas Islam yang suka anarkhis. Bagaimana komentar Habib ?

Omong Kosong ! Tidak ada korelasinya ! Partai Islam dan Ormas Islam itu dua jenis organisasi yang berbeda. Justru selama ini partai Islam terkadang ikut "menggebuki" ormas Islam yang dianggap "anarkis". Itulah gaya Liberal LSI yang sambil survei sekalian cari kambing hitam, yang tidak ada hubungannyapun "dipaksakan untuk dikaitkan".

Kenapa LSI tidak mengaitkan kebobrokan Partai Sekuler dengan anarkisme Massanya dan arogansi Tokohnya, yang nyata-nyata memiliki korelasi yang sangat jelas ?!  Misalnya, kenapa mereka tidak survey tentang Partai manakah yang paling banyak money politik, kalau kalah massanya mengamuk, menyerbu KPUD, merusak gedung DPRD, bakar kantor Bupati, menganiaya lawan politiknya, membunuh Ketua DPRD, yg Tokoh atau Kadernya banyak koruptor, provokator dan preman ?! Jawabnya pasti bukan Partai Islam !!!

Kenapa Habib bersikap antipati terhadap Lembaga Survei, sekedar apriori atau ada argumentasi ?
 

Tentu antipati argumentatif, karena sesuai fakta dan data, bukan konon katanya. Sebagai contoh kasus, Lingkaran Survey Indonesia (LSI) pada Agustus 2006 melakukan analisis survei nasional tentang "Respon Publik atas Peraturan Daerah (Perda) bernuansa Syariat Islam". Salah satu itemnya tentang Sistem Politik Ideal, dengan hasil yang memilih opsi Negara Pancasila 69,6 % dan yang memilih opsi Negara Islam 11,5 %, dan abstein 13,3 %, serta sisanya opsi lain.

Dalam pertanyaannya, LSI menjebak responden dengan opsi "Negara Islam seperti di Timur Tengah", sehingga membentuk kesan tentang situasi Timur Tengah yang selalu kacau dan rusuh agar responden enggan memilih opsi macam itu. Lalu dalam kesimpulannya pun, LSI melakukan penyesatan opini bahwa yang setuju Syariat Islam hanya 11,5 %, sedang abstein 13,3 % dan yang menolak 75,2 %. Aneh dan lucu ! Hasil survei "Menolak Negara Islam seperti di Timur Tengah" disimpulkan dengan "Menolak Syariat Islam" ?!

Selanjutnya dalam survei yang sama ada item tentang Perda Anti Maksiat dengan hasil 89 % setuju dan 7 % menolak, sedang 4 % abstein. Nah, kali ini 89 % responden yang "setuju dengan pelarangan maksiat" oleh LSI tidak disimpulkan sebagai "setuju dengan Syariat Islam". Padahal, anti Maksiat dalam item tersebut dijabarkan oleh LSI sebagai Anti  Miras, Judi dan Pelacuran yang merupakan bagian dari Syariat Islam, dan judul utama surveinya pun adalah "Respon Publik atas Peraturan Daerah (Perda) bernuansa Syariat Islam". Semua itu apa namanya, kalau bukan penipuan, penyesatan, propaganda dan penggiringan !!!

Nurkholish Majid pernah bilang, Islam yes Partai Islam no. Bagaimana tanggapan Habib ?
 

Ha...Haa...Haaa....! Faktanya, pada akhirnya, tatkala Partai Sekuler tidak ada yang melamarnya untuk jadi Capres, akhirnya dia ngemis-ngemis ke Partai Islam agar dicalonkan jadi Presiden. Bagi saya : Islam yes Syariat Islam yes Ormas Islam yes Partai Islam yes !!!

Mengapa tingkat popularitas partai Islam sekarang dengan masa Pemilu 1955 dulu jauh lebih rendah. Mengapa itu bisa terjadi ?
 

Memang, merosotnya prosentase perolehan suara Partai Islam sejak Pemilu 1955 hingga pemilu 2009 adalah Fakta, bukan hasil Survei. Nah, itu yang harus dijadikan acuan oleh Partai Islam dalam melakukan evaluasi. Saya sudah paparkan faktor-faktor penyebabnya dalam tulisan saya di SI sejak lama dengan judul "Nasihat Untuk Partai Islam", silakan baca kembali.

Tetapi sebaliknya mengapa Partai Islam di Timur Tengah justru semakin berkembang bahkan menjadi partai penguasa seperti Ikhwanul Muslimin di Mesir, Hamas di Gaza Palestina dan An -Nahdah di Tunisia ?


Karena umat Islam di dunia sudah muak dengan Demokrasi dan Kapitalisme yang digadang-gadang Liberal. Sebenarnya di Indonesia pun begitu, hanya saja Partai Islam tidak pandai memanfaatkan momentum, bahkan ikut larut mengelu-elukan Demokrasi yang sudah basi.

Karena mayoritas media massa milik partai sekuler, apakah kontribusi mereka sangat signifikan untuk menjatuhkan partai Islam ?

Oh tentu ! Ini zaman tekhnologi informasi komunikasi. Media massa punya peran penting dan kekuatan besar untuk membesarkan Partai Sekuler dan menghancurkan Partai Islam. Karenanya, umat Islam harus punya Televisi Islam yang mengudara secara nasional, dan menjadi corong aktif bagi perjuangan Islam, termasuk menelanjangi kebobrokan Partai Sekuler dengan sistem demokrasi dan kapitalisnya. Kemudian mendorong pemenangan Partai Islam untuk penegakan Syariat Islam secara kaaffah dalam sistem berbangsa dan bernegara di Indonesia.

Bagaimana strategi untuk menarik mayoritas umat Islam Indonesia agar memilih Partai Islam dalam Pemilu 2014 nanti ? 
 

Partai Islam harus bersatu dan cukup satu Partai Islam saja. Semua Ormas Islam wajib mendukung dan memenangkannya. Partai Islam wajib tampil sebagai Partai Islam sejati. Caranya, sampaikan saja kepada umat Islam secara terbuka bahwa jika Partai Islam berkuasa, maka semua Aliran Sesat dilarang, koruptor dihukum potong tangan hingga hukum mati, narkoba dihukum berat, pabrik Miras ditutup, perjudian dilarang, pelacuran dibasmi, semua maksiat disikat, semua kejahatan ditindak tegas. Lalu riba dihapus sehingga semua Bank, Asuransi, Kredit dan aneka perdagangan wajib bebas riba.

Pendidikan dan Kesehatan gratis untuk rakyat tidak mampu. Subsidi buat rakyat tetap dipertahankan. Lapangan kerja di dalam negeri dibuka seluas-luasnya. Potensi anak bangsa diutamakan. Perusahaan asing atau pribadi yang menyangkut kebutuhan vital rakyat wajib dinasionalisasika serta hapus utang luar negeri.

Khusus wanita, berikan perlindungan khusus. Bagi muslimah wajib berjilbab, bagi non muslimah harus sopan. Sekolah khusus wanita sejak SD hingga Universitas agar terhindar dari pergaulan bebas. Angkutan Umum khusus wanita agar tidak terjadi pelecehan. Berikan wanita pekerja Cuti Haidh, Hamil dan Nifas. Lindungi wanita dari KDRT, jaga hak berkarir mereka. Pelayanan khusus gratis untuk wanita hamil agar melahirkan dengan selamat.

Selain itu, jangan ragu Partai Islam untuk mencalonkan Presiden yang Pro Syariat Islam, baik partisan mau pun non partisan. Intinya, jika Partai Islam menang maka Syariat Islam harus tegak secara Kaffah. Kini saatnya, kita menuju NKRI Bersyariah !

Menurut Habib, apakah Partai Islam masih memiliki peluang unt menjadi partai berkuasa seperti AKP di Turki dan Ikhwanul Muslimin di Mesir ?

 



Sumber : http://www.suara-islam.com



0 Saran Dan Kritik:

Posting Komentar

loading...
 
© 2010-2015 Harian Islam Agama Ku
Desain by OTIN | Islam Agamaku | Powered by Harian Islam