IBX58B0693E37B6C

KONTAK SAYA

Facebook

TELUSURI

MULAI DARI SINI

Home Daftar Isi

Home » » Dari Facebook Singgah di Palmerah

Dari Facebook Singgah di Palmerah

Dari Facebook Singgah di Palmerah

Densus 88 meniru cara kerja Amerika, tiga orang ini dijebak melalui jejaring sosial Facebook.

Penangkapan terduga teroris di Palmerah, Jakarta Barat, pada Sabtu siang, 27 Oktober 2012 lalu ternyata menyisakan misteri. Ada seorang lelaki asing di rumah yang beralamat di Jalan Palmerah Barat RT 3 RW 9 Kelurahan Palmerah, Jakarta Barat itu. Namanya Basyir. Dia turut ditangkap Densus 88, tetapi namanya tidak dipublikasikan oleh polisi saat jumpa pers di Mabes Polri Sabtu petang lalu.

Menurut Siti Maryam, Basyir adalah tamu anaknya. Ia mengaku berasal dari Surabaya, Jawa Timur. Usianya sekira 20 tahunan.

"Dia datang bertamu karena akan dapat pekerjaan di Bekasi. Dia datang malam takbiran. Sebelumnya dia dari Bogor," kata Siti Maryam saat jumpa pers di Kantor Tim Pengacara Muslim (TPM), Pondok Labu, Jakarta Selatan, Senin (29/10/2012).

Menurut Maryam, kedua anaknya, Herman Setiyono (22) dan Davit Ashari (19), mengenal Basyir dari jejaring sosial facebook. Sebelum datang bertamu pada malam takbiran, Kamis malam Jumat (25/10), lima bulan sebelumnya Basyir pernah datang. "Dia sudah pernah datang. Dia bawa tas berisi baju-bajunya," katanya.

Saat datang terakhir, Basyir malah sempat mengikuti Salat Idul Adha di sebuah lapangan di Palmerah dekat rumah Maryam. Basyir menginap dua malam di rumah itu. Tak ada tanda-tanda mencurigakan dari sang tamu. "Karena dia datang dari jauh celananya agak cingkrang. Orangnya baik," katanya.

Selama bertamu, Maryam mengaku tidak pernah ngobrol panjang dengan Basyir. Maklum, Maryam adalah pekerja di sebuah pabrik konveksi yang berangkat pagi dan pulang senja. Saat dua anaknya ditangkap Densus 88, Maryam juga sedang bekerja.

"Basyir dimana, saya tak tahu. Ketika ditangkap masih di situ dan ikut ditangkap," katanya.

Maryam sendiri mulanya tidak menaruh rasa curiga pada Basyir. Kesan yang ditangkap Maryam, Basyir adalah orang yang baik dan tidak mencurigakan.

Sementara Sunardi alias Nandi (39), saudara kembar Sunarto atau Nanto (39), yang ditangkap di Kebon Kacang, Tanah Abang, Jakarta Pusat pada hari yang sama, mengaku pernah bertemu Basyir tapi tidak bicara banyak. "Ya salaman saja," kata Nandi.

Nandi bercerita, sosok misterius bernama Basyir itu memiliki perawakan pendek, rambutnya cepak, tidak berjenggot dan warna kulitnya agak gelap.

Janggal, sosok misterius bernama Basyir ini tidak disebut oleh polisi saat mengumumkan 11 nama terduga teroris. Dari Palmerah dan Kebon Kacang, Polisi hanya menyebut ada tiga nama yang ditangkap, Herman, Davit dan Nanto.

Anggota Tim Pengacara Muslim (TPM) Ahmad Khalid curiga, Basyir adalah orang yang disusupkan di lingkungan anak-anak muda Islam yang bersemangat tinggi. "Kita curiga, Basyir ini orang yang disusupkan untuk berkeliling ke lingkungan anak-anak muda yang mempunyai ghirah Islam tinggi," ungkapnya. Alasannya, sebelum sampai Jakarta, Basyir singgah dulu di Bogor.

TPM menduga Basyir adalah sosok yang digunakan aparat untuk menjebak para korban. "Jangan-jangan ini agen susupan yang ingin mendiskreditkan Islam," kata Wakil Ketua Dewan Pembina TPM Ahmad Michdan.

Berawal dari Facebook

Herman Setiyono dan Davit Ashari adalah kakak beradik putra Siti Maryam. Mereka tinggal di RT 3 RW 9 Kelurahan Palmerah, menempati rumah kecilnya. Sementara Sunarto Sofyan atau Nanto bersama istrinya, Fanti, mengontrak rumah petak di Jalan Kemanggisan Pulo C1/59 RT 15 RW 09, Palmerah, Jakarta Barat. Ketiganya saling mengenal dan berteman. Herman dan Nanto sama-sama berjualan buku-buku keislaman.

Menurut Siti Maryam, dua anaknya mengenal sosok Basyir melalui jejaring sosial facebook. “Tapi saya tidak tahu akun anak saya apa,” katanya.

Pengakuan Maryam dibenarkan saudara kembar Nanto, Sunardi (Nandi). Menurut Nandi, saudaranya itu memiliki akun fb bernama “Wajib Bermanhaj Salaf”. "Isinya memang seputar agama Islam, dakwah," katanya.

Dari situs buatan Marx Zuckerberg inilah diduga ketiga orang itu mengenal Basyir. Sosok Basyir diduga sebagai pemilik akun “New Cat Tembok”. Akun “Wajib Bermanhaj Salaf” dan “New Cat Tembok”, hingga tulisan ini dibuat masih bisa diakses.

Sosok Basyir inilah yang hingga kini diduga sebagai agen susupan yang ditugaskan untuk menjebak anak-anak muda Islam seperti Herman, Davit dan Nanto. Alasannya logis, walaupun dia ikut ditangkap pada Sabtu sekira pukul 11 siang (27/10) di Palmerah, tetapi namanya tidak diumumkan oleh Polisi sebagai terduga teroris.

Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Pol Suhardi Alius, pada Sabtu petang lalu, mengumumkan 11 nama terduga teroris hasil operasi Densus 88. Mereka ditangkap di empat kota dari empat provinsi berbeda, Madiun-Jatim, Solo-Jateng, Bogor-Jabar dan Palmerah-Jakarta. Tapi tak ada nama Basyir.

Kesebelas orang itu adalah Agus Anton alias Thoriq, Warso alias Kurniawan (keduanya ditangkap di Madiun), Abu Hanifah, Harun, Pujianto alias Ari alias Ahmadun (ketiganya ditangkap di Solo), Emir atau Emirat, Zainuddin, Usman (ketiganya ditangkap di Bogor), Davit Azhar, Herman dan Nanto (ditangkap di Jakarta).

Lantas, apa kata polisi soal Basyir?. “Itu masukan untuk penyelidik. Nanti kita akan telusuri,” jawab Karo Penmas Divhumas Mabes Polri Brigjen Pol Boy Rafli Amar dalam sebuah acara di sebuah televisi swasta nasional, Selasa malam (30/10).

Wajah Boy terlihat tegang ketika menjelaskan tentang Basyir. “Ini masukan, kita harus konfirmasi dengan penyidikan. Itu akan kita gali lebih jauh lagi,” katanya.

Nanto, Aktivis Masjid Baitul Karim

Sehari setelah Idul Adha, seperti biasa Sunarto atau yang akrab dipanggil Nanto bersama sejumlah warga lain terlibat dalam kegiatan pemotongan hewan kurban di Masjid Baitul Karim (MBK), Jl Kabon Kacang XIV, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Setiap tahunnya Nanto memang selalu menjadi panitia. Di MBK ia menjadi Sekretaris Bidang Dakwah. Meski ia bersama istrinya bertempat tinggal di Palmerah, Jakarta Barat.

Ba'da dhuhur, sekira pukul 12.15 WIB, bersama Nandi, Nanto ditugaskan untuk membagikan daging kurban. Hingga mereka berdua sampai di depan Masjid Said Naum, Jl Kebon Kacang, Nanto disergap tim Densus 88 yang menenteng senjata. Rupanya di tempat itu sudah berdiri lebih dari lima belas orang petugas, bukan hanya Densus 88, bahkan hadir juga Tim Gegana.

"Anda jangan main tangkap. Mana surat-surat penangkapannya," Nandi mencoba membela adiknya dengan mendebat polisi dahulu.

Yang didebat tidak dapat menunjukkan surat penangkapan yang diminta. Mereka hanya mengatakan, "Ini resmi, ada suratnya", tetapi tidak ditunjukkan. Hingga kemudian Nanto dipaksa masuk ke sebuah mobil Toyota Avanza. "Hingga saat ini keluarga tidak satupun yang melihat surat itu. Kita merasa ditipu," kata Nandi.

Setelah Nanto ditangkap, Tim Gegana kemudian memaksa masuk ke rumah orang tua Nanto di Jalan Kabon Kacang Gang IV No. 9. Anehnya, saat RT setempat dan perwakilan masyarakat hendak menemani tim itu menolak. Warga tahu betul, jika tidak ditemani kemungkinan buruk bisa saja terjadi.

"Aneh sekali mereka menggeledah rumah, tapi tidak mau disaksikan oleh perwakilan warga dan masyarakat," ungkap Nandi.

Rumah itu pun kemudian diubek-ubek tim gegana. Mereka hendak mencari bom. Tapi nihil, di rumah tak ada apa-apa. Tim Gegana hanya menemukan sebuah tas milik Nanto, berisi laptop, charger, dan obat asmanya. Maklum Nanto memiliki penyakit asma yang kapan saja bisa kambuh.

"Clear ya pak, clear ya. di rumah tidak ada apa-apa" kata Nandi kepada para petugas polisi.

Nandi membantah pernyataan Kadivhumas Mabes Polri dan berita menyesatkan yang beredar seolah-olah di rumahnya didapat barang bukti bahan-bahan pembuatan dan perakitan bom. "Kalau ada bom, ngapain tas ditaruh di depan pintu. Ini fitnah luar biasa," katanya.

Setelah upaya penggeledahan di Kebon Kacang tidak menemukan hasil, Nandi berusaha mencari tahu kemana adiknya dibawa. Diapun berencana menuju ke Mako Brimob Kelapa Dua. Tetapi oleh polisi ia diberitahu jika Nanto dibawa ke Polsek Palmerah, Jakarta Barat.

"Tapi ketika kesana tidak ada dan mereka bilang ada dikontrakan, kesana pun saya tidak mendapatkan adik saya," ungkapnya kesal.

Nandi dan istri Nanto, Fanti, akhirnya mendatangi kontrakannya di Jalan Kemanggisan Pulo C1/59 RT 15 RW 09, Palmerah, Jakarta Barat. Ia hendak menyaksikan barang apa yang ditemukan Densus di rumah itu. Nyatanya Densus tak menemukan apa-apa. Ketika keluar, petugas hanya membawa sebuah kardus berisi buku-buku Keislaman yang banyak dijual di toko-toko buku.

"Kalau buku itu dibawa juga ngga papa. Buku itu banyak dijual bebas kok", kata Nandi yang mengaku handphone miliknya ikut terbawa Densus karena saat penangkapan HP itu dititikan di tas adiknya.

Menurut Nandi, usahanya mencari adiknya bersama adik iparnya ke kontrakan itulah yang banyak diberitakan bahwa keduanya juga turut ditangkap.

Nanto memang baru satu minggu menempati rumah kontrakan berukuran 4x6 meter itu. Sebelumnya ia mengontrak tidak jauh dari kontrakannya sekarang. "'Mungkin enam bulanan di tempat sebelumnya," kata Nandi.

Bukan Teroris!

Nanto bukanlah teroris seperti yang dituduhkan polisi. Nanto hanyalah aktivis masjid, yang aktivitas dakwahnya terbuka dan diketahui oleh kalangan masyarakat luas. Bahkan semua orang di Kebon Kacang tahu siapa Nanto. "Kalau Nanto teroris mungkin kita sudah diusir warga sini", kata Nandi.

Kesehariannya Nanto bekerja di sebuah perusahaan ekspedisi di Tanah Abang. Sangat jauh sekali aktivitas Nanto dari pembuatan bom. "Komputer saja dia bisanya cuma MS Word dan Excel," kata Nandi.

Jangankan merakit bom, kata Nandi, perbaiki kipas angin saja adiknya itu tidak bisa. Apalagi kondisi kesehatan adiknya sering sakit-sakitan. "Dia itu sering sakit-sakitan. Dia kan menderita asma dan vertigo. Kasihan dia", ungkapnya.

Nanto juga tidak terlibat dengan organisasi apapun. Nanto tidak pernah bergabung dengan organisasi apapun.

"Adik saya bukan anggota organisasi apapun termasuk JAT. Kami di masjid memang sering mengadakan kajian keislaman atau ceramah secara terbuka, siapa saja kita undang, dari JAT, HTI, FPI, FUI, dan ormas lainnya. Karena kita mau merangkul semua kelompok Islam" jelas Nandi.

Kata Nandi, adiknya itu memang dikenal supel dalam bergaul dan berteman sehingga aktivis dan masyarakat sudah mengenalnya cukup baik, termasuk aktivis JAT setempat. Karena itu ia dan keluarga mengaku sangat terkejut ketika adiknya dituduh sebagai anggota JAT dan terlibat terorisme. Apalagi jika dihubungkan dengan kelompok teroris baru yang disebut polisi, Hasmi. "Apa itu Hasmi, kita malah baru tahu?," tuturnya.

Herman dan Davit, Anak Rumahan

Memakai kerudung merah muda dan baju merah marun, Siti Maryam terlihat sangat sedih. Matanya berkaca-kaca sembari menahan tangis saat Maryam bercerita mengenai dua putranya yang ditangkap Densus 88.

"Saya tidak menghilang, saya pergi (ke rumah keluarga). Pada saat penangkapan saya sedang bekerja. Setelah dikasih tahu, saya menghindar dari kejaran wartawan atau orang-orang yang mau nanya," kata Maryam.

Maryam mengaku syok. Tetapi ia membantah jika dikatakan pingsan. Dia hanya tidak terima dua putra kesayangannya dituduh sebagai teroris.

"Saya belum siap menghadapi semua pertanyaan-pertanyaan semua ini," kata Maryam. Kali ini air matanya mengalir. Wanita berkaca mata ini menangis.

Memang agak janggal bila Herman Setiyono dan Davit Ashari dituduh menjadi teroris. Pasalnya, pergaulan kakak beradik itu tidak ada yang aneh. Herman sudah lulus sekolah menengah atas dan kini mencoba untuk memulai bekerja sedangkan David sekarang masih sekolah di sebuah SMK di Jakarta Barat.

Kehidupan keduanya ditanggung oleh ibu mereka, Siti Maryam, yang bekerja di sebuah pabrik konveksi. Sementara suami Maryam telah meninggal dunia tujuh tahun lalu.

"Anak saya tidak pernah keluar dari Palmerah. Paling ya bermain-main saja dengan kawan-kawannya. Main PS (Play Station, red)," katanya.

Tidak ada perilaku aneh yang membuat dua anak itu harus dicurigai. "Dia aktif di Masjid atau Mushola. Anak saya bukan teroris", kata Maryam.

Sudah Dipantau

Menurut salah satu tetangga Maryam, Herman Saputra (28), lingkungan RT-nya selama sebulan terakhir memang tampak mencurigakan. Tiap malam selalu ada orang-orang asing datang berlalu lalang seperti memantau lokasi.

"Mereka ngobrol aja dengan warga di sini di Pos", kata Herman. Anehnya, sebelum akhirnya terkuak bahwa mereka adalah aparat yang sedang “memantau”, warga juga tak menaruh curiga.

"Kadang mereka bawa mobil, diparkir di jalan. Kemudian mereka ngobrol disini. Ngobrol hal-hal umum saja," kata Herman.

Herman yang juga kenal dengan kakak beradik, Herman Setiyono dan Davit Ashari, merasa aneh jika kedua anak itu dituduh teroris. Pasalnya dua anak itu biasa-biasa saja dan tak ada yang mencurigakan. "Dia anak rumahan. Tak pernah keluar (dari Palmerah)," ungkapnya.

SOP Densus Tiru Gaya AS

Sebagai binaan Amerika, Densus 88 rupanya mengadopsi cara kerja AS dalam memberantas terorisme. Menjebak anak muda Islam yang bersemangat melalui dunia maya, kemudian ditangkap dengan tuduhan terorisme.

Kejadian Palmerah nyaris sama dengan kejadian di Amerika tidak lama ini. Ada seorang pemuda Islam, melalui dunia maya ia dijebak dengan pertanyaan-pertanyaan menyangkut gerakan Islam radikal, seperti setujukah anda dengan apa yang dilakukan oleh Usamah bin Ladin?. Kalau dia mendukung, maka pemuda itu akan menjadi target berikutnya.

Bahkan baru-baru ini, polisi New York (NYPD) dikabarkan memaksa seorang warga Amerika keturunan Bangladesh untuk menyamar sebagai anak muda radikal kemudian disuruh mempengaruhi anak-anak muda Islam lainnya agar membicarakan hal-hal yang bertentangan dengan hukum AS, seperti jihad, dan hal lainnya. Setelah berhasil dipengaruhi mereka kemudian ditangkap.

Menurut Ahmad Michdan, jika penanganan terorisme masih menggunakan SOP (standard operating procedure) Amerika, justru akan menjadi pemicu anak-anak muda melakukan pembalasan. “Melihat kezaliman di mana-mana, mereka akan menuntut aparat hukum yang bertindak semena-mena. Ini yang kita khawatirkan” katanya.

Ala kulli hal, cepat atau lambat, drama pemberantasan terorisme ini pasti bakal terkuak. Sebaik apapun makar yang dibuat oleh BNPT dan Densus 88 untuk mengorbankan anak-anak muda Islam, pasti bakal dibalas cash oleh Allah Swt. Wamakaruu wamakarallah wallahu khairul maakirin. (shodiq ramadhan)

BOX:
PERNYATAAN Forum Umat Islam (FUI)
Terkait Penangkapan Sdr Nanto, Pengurus Masjid Baitul Karim, Kebon Kacang, Tanah Abang, Jakarta


Kami menyesalkan penangkapan terhadap saudara Sunarto (Nanto), pengurus Masjid Baitul Karim (MBK) yang sedang membagi daging kurban saat perayaan Idul Adha, Sabtu siang (27/10/2012) di Jalan Kebon Kacang, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Ini jelas sudah merupakan tindakan pelecehan terhadap pelaksanaan ibadat umat Islam, yakni penyembelihan korban dan pembagiannya sebagai perintah Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa.

Apalagi jelas yang bersangkutan tidak melakukan tindakan yang mereka tuduhkan, dan tidak ditemukan bom yang mereka tuduhkan dalam penggerebekan di rumah kontrakan di Palmerah maupuin di rumah orang tuanya di depan Masjid Baitul Karim Jalan Kebon Kacang XIV Jakarta.

Tindakan Densus 88 ini jelas mengarah pada terorisasi pengurus/aktivis masjid dan pelaku ibadah, serta bentuk teror kepada umat Islam. Apalagi disiarkan secara luas bahwa sdr Sunarto adalah anggota dari teroris. Termasuk dikaitkan dengan organisasi "HASMI" dimana sdr Sunarto bukan anggota "HASMI" yang dituduh sebagai teroris kelompok baru. Ini menunjukkan cara kerja Densus yang mengandung unsur kesengajaan membuat citra buruk gerakan Islam dan mencoreng institusi Polri yang baru-baru ini diguncang isu korupsi besar-besaran setelah kasus Korlantas yang menyeret nama Irjen Pol Djoko Susilo.

Khusus mengenai sdr Sunarto kami mengenalnya sebagai pengurus masjid biasa dan tak termasuk anggota organisasi apapun yang melakukan atau dituduh melakukan tindakan terorisme. Bahkan yang bersangkutan adalah penderita penyakit asma yang rentan kambuh.

Untuk itu kami meminta Kapolri untuk menjaga keselamatan dan kesehatannya dan kami minta tim MER-C sebagai relawan kemanusiaan supaya mendampingi sdr Sunarto untuk menjaga kesehatannya.

Selanjutnya kami menghimbau para pimpinan ormas Islam, ulama, habaib dan seluruh pengurus DKM untuk meningkatkan persatuan dan kesatuan serta merapatkan barisan dalam mengahadapi provokasi dan intimidasi dari unsur-unsur Islamophobia yang henak mengkriminalisasi dan menterorisasi umat Islam, khususnya para ulama, mubaligh, pengurus dan aktivis masjid. Wamakaruu wamakarallah wallahu khairul maakirin.



Sumber : http://www.suara-islam.com


0 Saran Dan Kritik:

Posting Komentar

loading...
 
© 2010-2015 Harian Islam Agama Ku
Desain by OTIN | Islam Agamaku | Powered by Harian Islam