Cak Nun kemudian kembali mempertanyakan, "sebenarnya kita dididik oleh bapak ibu kandung kita atau dididik oleh pengadopsi kita?", sehingga yang terjadi saat ini adalah ketidak tahuan kita terhadap asal usul kita, yang ada adalah pengetahuan kita terhadap yang mengadopsi kita yaitu bangsa Indonesia. Cak Nun kemudian kembali melempar pertanyaan, "apakah kira-kira bangsa yang mengadopsi Indonesia ini menyukai bapak ibu kita yang asli atau justru membencinya? dan kira-kira apa yang disampaikan kepada kita oleh pengadopsi kita sebagai bangsa Indonesia tentang bapak ibu kita adalah sebuah kebohongan atau kejujuran?"
Dari pemaparan yang disampaikan oleh Cak Nun tersebut, Jama’ah mendapat sebuah kesimpulan bahwa ternyata yang terjadi selama ini adalah bangsa Indonesia dididik oleh sebuah kurikulum yang bukan asli miliknya sendiri, bukan produk dari bapak ibunya bangsa yang melahirkan Indonesia. Menggunakan perspektif Islam, Cak Nun mengajak semua untuk membersihkan diri dari najis yang terdapat dalam tubuh kita saat ini. Proses pembersihan diri harus segera dilakukan jika kita benar-benar ingin menuju sebuah kesucian dari Indonesia yang kita idam-idamkan. Seperti halnya dalam sholat, sangat tidak rasional jika seseorang yang berwudhlu dengan air yang tidak suci kemudian ia berharap menghadirkan Allah dan bermunajat dalam kesucian sholatnya. Jadi, apabila kita memang menginginkan Indonesia yang suci, Indonesia yang mulia maka tidak lain dan tidak bukan syarat utama yang harus kita lakukan adalah membersihkan diri dari kotoran-kotoran yang ada dalam diri kita yang berasal bukan dari Indonesia yang sebenarnya.
Dalam kaidah fikih, bahwa air yang terbaik yang boleh digunakan dalam thoharoh adalah air mutlak, yaitu air yang murni yang belum pernah digunakan atau tercemar oleh zat yang lain. Jika menggunakan pendekatan air ini, maka nilai-nilai dalam “kurikulum” yang diajarkan kepada Bangsa Indonesia saat ini tidak lain dan tidak bukan adalah air musta’mal, yaitu air yang sudah pernah digunakan. Proses wudhlu yang dilakukan oleh manusia sebelum ia mendirikan sholat merupakan sebuah peristiwa rohani yang harus dijalani untuk menuju sebuah kesucian, untuk menyongsong pertemuan dengan Allah. Dimensi kesucian itu sendiri kita mengenal dalam olahraga disebut sportif, dalam ilmu disebut objektif, dalam akhlak kita mengenal jujur.
0 Saran Dan Kritik:
Posting Komentar