Pengajian Politik Islam: Kekuasaan & Keberhasilan Dakwah Walisongo
(http://harianislam.blogspot.com) – Masjid Agung Al Azhar
kembali menggelar Pengajian Politik Islam, Ahad (29/9) kemarin. Hadir
sebagai pembicara dalam pengajian kali ini Cendekiawan Muslim Dr Fuad
Amsyari dan Mantan Kepala Staf Kostrad (Kakostrad) Mayjen (Purn) Kivlan
Zen.
Dr Fuad Amsyari bicara soal kekuasaan Islam yang
berpusat di Demak. Ia menunjukkan keberhasilan dakwah Walisongo di Pulau
Jawa karena pengaruh kekuasaan. Rakyat Jawa berbondong-bondong masuk
Islam mengikuti seruan Walisongo karena dakwah yang dilakukan oleh para
ulama itu didukung oleh kekuasaan Islam yang berpusat di Demak.
"Dakwah (Walisongo) efektif karena di bawah payung
Demak. Mereka ada yang membiayai, tak ada yang meneror. Hebatnya
Walisongo karena ada naungan politik kekuasaan Demak," kata Dr Fuad.
Sebelum kekuasaan dipegang, dakwah Islam telah berjalan selama
ratusan tahun. "Politik menentukan nasib penyebaran agama Islam dan
nasib umat Islam. Hanya dengan politik umat Islam akan jaya, agama Islam
akan dihormati orang. Bukan dilecehkan orang," tandasnya.
Kekuasaan Politik
Menurut Fuad Amsari, kekuasaan politik berdampak besar
pada perkembangan Islam. Sebelum Islam menguasai politik,
perkembangannya tidak sedahsyat setelah Islam memegang kekuasaan.
“Fakta membuktikan, aktivitas dakwah yang dilakukan
Rasulullah saw pada periode Mekkah. Dakwah Selama 13 tahun di Mekkah
pada akhirnya hanya menghasilkan sekitar 300 orang saja. Ini terbukti
saat awal hidup di Madinah dan terjadi perang Badar, jumlah kaum
Muslimin yang turun berperang hanya 300 an orang saja,” anggota Dewan
Pembina ICMI Pusat.
Awal perkembangan Islam yang lebih baik adalah setelah
terjadi peristiwa hijrah. Di Madinah, Rasulullah saw secara formal
diakui sebagai kepala negara dengan masyarakat yang plural. Selain
Islam, di Madinah terdapat berbagai macam pengikut agama seperti Yahudi,
Nasrani dan Majusi."Bahkan umat Islam belum mayoritas. Tapi memegang
kekuatan politik yang mempunyai dampak," kata Fuad yang juga Dewan
Penasehat KAHMI itu.
Piagam Madinah, lanjut Fuad, telah menetapkan bahwa
Rasulullah saw adalah kepala negara. Sebabnya, kata kunci dalam
perjanjian tersebut adalah pada klausul jika ada perselisihan atau
berbagai persoalan di antara mereka maka penyelesaiannya diserahkan
kepada Muhammad Rasulullah saw. "Fakta ini sengaja ditutupi oleh
orang-orang yang tidak suka Islam dan politik," lanjutnya.
Dakwah melalui penerapan syariat Islam secara formal
inilah yang kemudian membuat banyak orang tertarik masuk Islam. "Hanya
10 tahun Rasulullah jadi kepala negara di Madinah, bukan hanya ratusan,
bukan hanya ribuan, tapi ratuisan ribu seluruh Jazirah Arab yang masuk
Islam," jelasnya.
Itu jika ukuran keberhasilan dakwah adalah kuantitas
atau jumlah. Sementara secara kualitas, kata Fuad, 13 tahun dakwah di
Makkah juga tidak menghasilkan perubahan apapun pada masyarakat
Makkah."Masyarakat Makkah tetap rusak, banyak perampasan, perzinahan,
dan lain-lain. Mereka tetap rusak," ungkapnya.
Sementara selama berdakwah di Madinah, masyarakatnya
menjadi masyarakat yang mulia, rukun, aman, adil. "Penerusnya tinggal
meneruskan saja," katanya.
0 Saran Dan Kritik:
Posting Komentar